Teknik Hidroponik dan Sistem Kerjanya

Mau mencoba menanam secara hidroponik? Berkebun secara hidroponik yuk?
Hayuk, tapi lebih baik kenali dulu teknik-tenik penanaman hidroponik dan sistem kerjanya. Yuk marii ..

Pakcoy Yang Ditanam Secara Hidroponik Menggunakan Sistem Wick


Ada banyak sekali jenis teknik hidroponik yang berkembang di dunia sekarang ini. Tapi pada dasarnya ada 6 teknik dasar cara bertanam hidroponik yaitu sistem wick / sumbu, kultur air, Ebb & flow (Flood & Drain), drip, NFT dan aeroponik.
Berikut teknik hidroponik dan sistem kerjanya yang diambil dari Simply Hydroponics:

Hidroponik wick systems

Hidroponik wick systems
Merupakan sistem hidroponik yang paling sederhana. Cara kerjanya pasif, artinya tidak ada pompa air dan aliran air dalam sistem ini.
Larutan nutrisi dihisap dari reservoir ke media tanam dengan sumbu (wick). Media tanam yang bisa digunakan dalam sistem ini adalah perlite, vermiculite, rockwool dan coco fiber.
Karena hanya mengandalkan kapilaritas sumbu dalam memasok nutrisi, maka sistem ini tidak cocok digunakan untuk tanaman rakus hara, karena tanaman akan menyerap nutrisi lebih cepat daripada yang bisa dialirkan oleh sumbu.

Hidroponik deep water culture


Hidroponik deep water culture
Biasanya menggunakan rakit apung yang terbuat dari styrofoam dan pot kecil yang diberi penyangga kapas atau rockwool atau hydrotron untuk mendirikan tanaman.
Nyaris seluruh perakaran tanaman terendam dalam larutan nutrisi yang diberi aerasi dengan pompa udara akuarium + airstone selama 24 jam. Tujuan aerasi adalah menambah pasokan oksigen pada air yang nantinya dimanfaatkan akar tanaman.
Pompa udara bisa diganti dengan powerhead dengan nipple udara, oksigen larut dalam air lebih banyak dibandingkan pompa udara akuarium + airstone. Deep water culture cocok untuk tanaman yang pertumbuhnya cepat dan suka banyak air seperti selada dan kangkung.
Jenis hidroponik ini cocok untuk pengenalan hidroponik pada anak sekolah, karena mudah dan minim perawatan. Bahan-bahan untuk membangun hidroponik deep water culture sangat mudah ditemui disekitar kita, bisa menggunakan akuarium atau wadah kedap air lainnya sebagai reservoir.
Kelemahan dari sistem ini adalah kurang cocok untuk tanaman berukuran besar dan tanaman yang dibudidaya dalam jangka panjang.

Hidroponik EBB and flow (flood and drain)


Hidroponik EBB and flow (flood and drain)
Sistem Ebb and flow bekerja dengan membanjiri sementara tray tumbuh dengan larutan nutrisi, lalu kemudian nutrisi dikembalikan ke dalam reservoir. Untuk mengatur sistem seperti itu, digunakan pompa celup yang terhubung dengan timer. Frekuensi pasang surut disesuaikan dengan jenis tanaman dan juga media tanam.
Sistem EBB and flow ini umumnya dibangun dengan menggunakan media tanam batu berpori, kerikil, perlite, vermiculite, coco fiber dan juga rockwool yang berbentuk granular. Penggunaan pot individu dapat meningkatkan produktifitas dan memudahkan perawatan.
Kekurangan utama pada sistem ini adalah ketergantungannya yang sangat besar pada listrik, terlebih jika media tanam yang dipilih tidak bagus untuk menahan air seperti  kerikil, batu berpori, perlite, sedikit saja siklus pengairan terganggu akar tanaman akan mengering dengan cepat dan tanaman mati.
Solusi jika kurang yakin dengan listrik PLN di lokasi anda adalah dengan menyiapkan genset atau menggunakan media tanam yang dapat menahan air dengan baik seperti vermiculite, rockwool dan coco fiber.

Hidroponik drip systems (recovery & non-recovery)


Hidroponik drip systems (recovery & non-recovery)
Drip systems atau di sini lebih dikenal dengan sebutan irigasi tetes adalah sistem hidroponik yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Cara kerjanya sederhana, timer mengatur pompa celup yang ditaruh di dalam reservoir berisi larutan nutrisi, kemudian larutan nutrisi dialirkan selama beberapa saat dan diulangi lagi beberapa jam kemudian.
Jika sistem irigasi tetesnya recovery maka larutan nutrisi akan dikembalikan ke reservoir sedangkan pada sistem irigasi tetes non-recovery larutan nutrisi dibiarkan mengalir ke tanah atau saluran pembuangan khusus.
Dengan sistem irigasi tetes ini media tanam yang digunakan cukup media tanam pot konvensional, harga media tanam konvensional jelas lebih murah dibandingkan media tanam hidroponik.
Karena media tanam konvensional sudah mengandung sedikit nutrisi, maka nutrisi yang dilarutkan pada sistem irigasi tetes ini konsentrasinya lebih sedikit (encer) dibandingkan sistem hidroponik lainnya.
Irigasi tetes cocok untuk budidaya tanaman rakus nutrisi seperti cabe, tomat juga tanaman buah lainnya yang biasanya berukuran besar dan memerlukan waktu budidaya yang cukup lama.
Timer yang digunakan untuk sistem irigasi tetes tidak harus sebagus timer untuk sistem hidroponik lainnya, cukup menggunakan timer yang biasa dijual di toko listrik, misalkan terjadi kesalahan hingga tanaman tidak mendapat larutan nutrisi katakanlah selama 24 jam, tanaman masih tetap bisa hidup normal.
Irigasi tetes non-recovery lebih diminati walaupun memerlukan larutan nutrisi lebih banyak, sebab pada irigasi tetes recovery sering mengalami perubahan parameter larutan nutrisi terutama PH.

Hidroponik nutrient film technique (NFT)


Hidroponik nutrient film technique (NFT)
Sistem hidroponik populer lainnya selain irigasi tetes, jika berbicara tentang hidroponik, yang digambarkan dalam pikiran orang kebanyakan adalah sistem ini.
Sistem NFT menerapkan aliran nutrisi (beserta air dan udara) yang konstan, sehingga tidak memerlukan timer dalam penerapannya.
Cara kerja NFT dengan mengalirkan larutan nutrisi yang dipompa dari reservoir secara terus-menerus ke dalam tray pertumbuhan (biasanya terbuat dari pipa PVC), bagian akar yang terendam nutrisi kira-kira 1/2-nya saja. Larutan nutrisi yang sudah melewati perakaran akan kembali ke reservoir, siklus itu terus berulang.
Sistem NFT biasanya tidak menggunakan media tanam, hanya menggunakan pot kecil yang diberi ganjalan gabus atau kapas untuk membuat tanaman berdiri, akar tanaman menjuntai bebas di dalam pipa.
Sistem ini sangat tergantung dengan listrik, kehilangan daya listrik atau terjadi kerusakan pompa dapat menyebabkan akar mengering dengan cepat.

Aeroponic


Aeroponic
Boleh dibilang aeroponic adalah sistem hidroponik yang tpaling mutakhir. Mirip dengan NFT, aeroponic tidak memerlukan media tanam, akar yang menggantung di udara disemprot larutan nutrisi yang dikabutkan.
Frekuensi pengkabutan biasanya setiap beberapa menit dan harus teratur, karena jika pengkabutan tidak teratur akar akan mengering dengan cepat.
Timer yang digunakan untuk aeroponic harus yang terbaik (tentu saja harganya mahal), karena timer murah cepat sekali rusak jika digunakan dengan frekuensi on-off yang begitu singkat.
Pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara aeroponic lebih cepat dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya, karena nutrisi yang dikabutkan jauh lebih mudah diserap. Aeroponic bisa untuk budidaya tanaman dengan kebutuhan nutrisi tinggi seperti kentang.
Nah gimana? mau mencoba? untuk pemula lebih baik menggunakan sistem wick dahulu. Bahkan menanam hidroponik dengan sistem wick ini dapat menggunakan bahan bekas loh seperti botol / gelas bekas air mineral. Mau tahu cara membuatnya?

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Teknik Hidroponik dan Sistem Kerjanya"

  1. sebelumnya terima kasih atas artikelnya sangat bermanfaat. saya menjadikan artikel ini sebagai bahan referensi di artikel saya. jika mas berkenan saya ingin meminta backlink untuk artikel saya. semoga artikel saya dan artikel dunia kebun bisa dijadikan bahan referensi bagi yang lain terima kasih atas perhatianya

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar sesuai topik artikel dengan kata-kata sopan dan bijak,

- Dilarang menautkan link hidup atau menggunakan link mati pada kolom komentar karena setiap komentar yang mengandung promosi url akan terhapus otomatis.

- Anda masih dapat menautkan link dengan menggunakan pilihan "URL" pada pengomentar.